Pemberontakan sipil melawan militer di Myanmar terus berlanjut.
Di salah satu unit pasukan sipil khusus perempuan, BBC menemui Mahura (nama samaran), seorang ibu yang meninggalkan kedua anaknya untuk berperang.
Dulu, Mahura mencari nafkah dengan berdagang di desanya. Kini dia adalah salah satu pemimpin pasukan sipil.
"Saya bilang pada anak-anak, jika ibu tidak kembali, jangan sedih dan menyesal, tapi kalian harus berbangga," ujarnya. "Karena ibu kalian adalah perempuan pemberani yang mengambil keputusan untuk ikut berperang."
Namun, Mahura juga berharap revolusi segera berakhir agar dia bisa berkumpul kembali dengan kedua anaknya.
"Saya berdoa revolusi cepat berakhir dan kami mendapat kemenangan," katanya.
#Myanmar #pemberontakan #revolusi